Senin, 30 Desember 2013

TEOLOGI NEGATIF IBN ARABI


Ø  Tuhan bagi teologi negatif Ibn Arabi adalah “Misteri”. Ia adalah misteri yang absolut.
Ø  Ibn Arabi : Tuhan pada dirinya adalah “Tuhan yang tidak dapat diketahui, yang transenden, tidak terikat dengan atribut dan identitas apapun.
Ø  Ibn Arabi : Pengabdian Tertinggi : penyerahan absolut kepada Tuhan tanpa embel-embel kepemilikan apapun. Pengabdian Tertinggi ini tidak ada derajat lain yang mengunggulinya.
Ø  Ada beberapa titik temu antara Teologi dan Metafisika. Menurut Luigi Bogliolo :
v  Dari segi terminologi:
§  Teologi                 : Mengkaji tentang ke-Tuhanan.
§  Metafisika           : Mengkaji hakikat dari Ada (Being).
“Teologi sesungguhnya adalah pengetahuan yang terarah untuk membangun keyakinan”

Ø  Arti dari Wujud dan Maujud : Pendapat ini dinukil dari ungkapan Abu Abdillah al-Bashri, yang dikutip oleh muridnya (pendiri madzhab Mu’tazilah), al-Qadhi ‘Abd al-Jabbar.
·         Wujud : Keberadaan Allah = Belum tentu, bersifat Nakiroh, Indevinite.
                                                Kata ini baru sedikit dapat dipahami ketika kata itu dinisbahkan (di-Idhafah-kan) dengan Allah  dengan ungkapan Maujud.
·         Maujud : Allah itu ada. Jadi arti ada bagii Allah adalah bahwa “Allah Maujud”.

Ø  “Tuhan” bukanlah Tuhan sebenarnya, melainkan “Tuhan” yang menjadi Tuhan karena Ia dipercayai,. (bersifat konsepsional, bukan Tuhan pada dirinya, atau Tuhan itu sebdiri sebagaimana adanya).

Ø  Abu Abdillah al-Bashri : Allah baru bisa dipahami satus “ADA”nya ketika kita memahaminya sebagai maujud.
Ø  Imam Haramain : Setiap sesuatu adalah maujud, dan setiap maujud adalah sesuatu. sesuatu yang tidak dapat disebut sesuatu tidak dapat diberi atribut ada, dan sesuatu yang tidak dapat diberi atribut ada dan tidak dapat diberi seuatu.
Ø  Al-Juwaini dan Madzhab al-Asy’ariyah mengatakan bahwa Allah bisa disebut sesuatu karena maujud.
Ø  Mu’tazilah: Allah bisa disebut sesuatu karena Ia dapat diketahui (ma’lum).
Ø  Al-Jubba’i : Allah disebut sesuatu karena Dia maujud, secara pararel Allah juga disebut sesuatu karena dia ma’lum yakni (dapat diketahui).
Ø  St. Thomas Aquinas : Tuhan pertama-tama harus dipahami dalam kerangka subsistensi dan substansialitas.
o   Subsistensi Tuhan berarti kehidupannya dan keberadaannya sebagai yang ADA.
o   Namun kata Aquinas : subsistensi Tuhan berkaitan dengan substansialitasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar