Minggu, 06 April 2014

Eksistensialisme Nietzsche



Pemikiran Friedrich Nietzsche yang pertama adalah mengenai hidup, bahwa hidup itu adalah sebuah penderitaan. Nietzsche menjelaskan bahwa dalam menghadapi penderitaan kita harus menggunakan seni.
“kiranya aku tahu benar mengapa hanya manusia satu-satunya makhluk yang tertawa ; dia satu-satunya yang menderita begitu dalam, hingga harus menemukan tawa” begitulah kata Nietzsche.
Pemikiran Nietzsche yang lain adalah mengenai prinsip dalam kehidupan. Disebutkan bahwa manusia harus membuat hukum untuk diri sendiri (bertujuan agar manusia dapat menjadi majikan atas dirinya) dan tidak melawan realitas. Jika manusia melawan realitas maka kehidupannya akan menderita karena terkadang manusia memiliki keinginan yang berlawanan dengan realitas. Apabila keinginan itu terus dipaksakan maka ia harus melawan realitas. Sedangkan menurut Nietzsche, melawan realitas adalah sia-sia sehingga lebih baik manusia hidup apa adanya dengan lapang dada.
“ Eksistensialisme Nietzsche pada dasarnya adalah menempatkan manusia sebagai sosok yang menempati posisi khusus dalam tatanan kosmos “

Sabtu, 05 April 2014

Senyum Wanita Kapitalis



Tebar senyum mengandung dua makna yang cukup sulit untuk menginterpretasikannya yaitu apakah sebuah senyum pelecehan ataukah sebuah senyum hanya sebatas menghargai atau merespon orang disekitarnya saja. Realitas membuktikan bahwa jika senyum itu datang dari kaum wanita maka dapat ditarik kesimpulan pernyataan diatas bisa benar. Karena tidak jarang ketika kaum wanita disapa terkadang tebar senyum atau tebar cuek.
Jika wanita itu tebar senyum tatkala disapa maka bagi kaum lelaki sedikit bahagia dan sedikit kecewa, jika kaum lelaki itu mampu berfikir sejenak akan senyum itu. Dan jika kaum wanita disapa dan merespon cuek, nah ini adalah persoalan dan permasalahan besar bagi wanita. Karena kaum lelaki akan berfikir dan tanpa memilih entah kaum lelaki yang bodoh atau pintar-pun akan beranggapan dalam nalurinya sebuah pertanyaan “cuek-nya itu tidak suka apa ingin lebih didekati?”. Maka jika ada kaum wanita tebar cuek membuat kaum lelaki akan terus berfikir dan bisa-bisa terus mengejarnya (malu tapi mau).
Berhubungan dengan senyum wanita yang mengandung dua makna, pelecehan atau sikap menghargai saja. Kebanyakan respon kaum lelaki merasa dirinya terlecehkan walaupun  wanita itu tersenyum dengan manis dan semanis mungkin atau dia memang cantik dan bertambah cantik dengan senyumnya. Sehingga definisi atau kesimpulan akhir menyatakan bahwa senyum itu hanyalah “senyum bohong” (tanpa alasan ataupun dengan alasan). Jika diatarik ke teorinya Karl Marx[1] kaum lelaki dengan tanpa sadar telah memakai “kesadaran palsu”, sehingga bisa dimanfaatkan oleh kaum wanita pemilik modal (kapitalis) senyum-senyum palsu.
Bagi kaum lelaki yang telah terkonstruk oleh kaum wanita kapitalis[2] saran Karl Marx bagi kaum lelaki (sebagai kaum yang tertindas) adalah harus menyadari ketertindasannya oleh kaum wanita kapitalis, agar bentuk penindasan secara psikis itu tidak berlama-lama menaungi akal ataupun angan kaum lelaki. Dengan penyadaran itu maka kaum lelaki akan selamat dan akan berhati-hati dalam memilih sebuah pilihan atas kebebasannya (Jean-Paul Sartre)[3].



[1] Filsuf Jerman yang tidak mau dirinya diianggap sebagai tokoh sosialis. Akan tetapi Sidney Hook mengatakan bahwa Karl Marx adalah tokoh revolusioner.
[2] Pemilik modal (senyum-senyum bohong).
[3] Filsuf ber-aliran eksistensialisme dari Paris. Filsuf yang mendewa-dewakan kebebasan dalam menjalani hidup.

“Mengkorelasikan Pemikiran Heraklitos Dan Parmenidas Kepada Cinta Dan Perasaan”



Dunia terasi stagnan bila tak hadirnya cinta yang penuh misteri ini, dan apa daya jika manusia tak dihadiri olehnya. Karena manusia adalah makhluk yang dikatakan sempurna daripada makhluk lainnya, namun belumlah dapat dikatakan semurna apabila ia belum merasakan sentuhan cinta dalam hidupnya. Begitu Esa Tuhan dalam melengkapi manusia dengan kasih sayangnya, sehingga manusia juga merasakan apa yang Tuhan berikan dan juga nantinya manusia akan mempraktekkan kasih sayang yang telah Tuhan berikan padanya.
Cinta tak ubahnya bagai api yang selalu menyala-nyala, tak ubahnya membuat sesuatu menjadi berubah walau terkadang sirna (Heraklitos). Cinta tak ubahnya membuat insan ingin selalu tetap merasakan sesuatu yang tetap membuatnya bahagia, senang dan sedih, duka serta cita. Suka ada, duka ada (Parmenides).
Cinta adalah sebuah kata yang banyak interpretasi dan bahkan banyak insan yang sibuk dan kebingungan dalam menginterpretasikan cinta seperti yang dikatakan oleh Imam al-Ghazali meggunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan. Namun tidak bagi saya, cinta adalah sebuah ciptaan Tuhan yang bersifat metafisik dan penuh misteri dimana ketika insan tertimpa cinta akan merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya, walaupun terkadang ia tak merasakan bahwa dirinya terlanda.
Namun bagaimana jika cinta kita relasikan kepada buah pemikiran seorang filsuf Yunani yaitu Heraklitos dan Parmenides, dimana Heraklitos berpendapat bahwa kita tidak akan bisa terjun atau jatuh kepada air yang pertama kali kita jatuh kesana (relatif), berbeda dengan Parmenides yang berpendapat bahwa yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada (statis).
Perasaan cinta jika ditinjau dari segi perspektif pemikiran Heraklitos, maka kita akan menjadi play boy atu play girl, namun sebaliknya jika kita tinjau dari perspektif pemikiran Parmenides maka kita akan tetap setia dan tak akan mencari mangsa (bahasa kasarnya).
Namun ada seorang insan yang merasakan dua hal tersebut dimana ketika ia telah meninggalkan yang pertama dan pindah kepada yang kedua, dan dalam waktu sebentar atau lama ia merasa ingin sekali kembali kepada yang pertama maka inilah konsep pemikiran filsuf kedua tersebut terjadi. Bagian pertama adalah teori Heraklitos yaitu tidak bisa bersama dengan orang yang pertama akan tetapi harus menerima yang kedua dan bagian yang kedua adalah teori Parmenides dimana insan tersebut tidak bisa dengan yang kedua namun harus kembali kepada yang pertama bahwa yang pertama adalah yang pertama dan yang kedua adalah yang kedua.

By: Orang kamar.

Jumat, 04 April 2014

Abad Modern: Aliran Dalam Abad Modern



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ada kesepakatan intelektual tidak tertulis, bahwa filsafat lahir atau dimulai dari Yunani kurang lebih sekitar abad ke-6 SM, sejumlah tokoh muncul sebagai bukti bahwa ada teknik baru cara berfikir manusia dibumi. Sejumlah bukti pembanding juga disajikan, bahwa dibelahan bumi yang lain, beberapa komunitas telah dianggap melakukan terobosan yang sama. Namun sayangnya, kesimpulan tetap mengarah pada Yunani adalah lingkungan filsafat pertama dengan modus “more rational than emperical”.
Dalam sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang paling penting dalam periode-periode tertentu. Cara berfikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Tetapi banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala zaman dan disemua sudut dunia[1].
Dalam sejarah filsafat juga, biasanya dibedakan tiga tradisi besar: filsafat India, filsafat China, filsafat Barat. Antara ketiga tradisi ini banyak pararel, terutama filsafat India dan filsafat Barat. Satu hal yang menonjol ialah bahwa baik di India dan China maupun dalam dunia Barat, hidup intelektual menjadi dewasa (dengan melepaskan diri dari corak berfikir mistis) dalam periode antara 800 dan 200 SM.
Secara politis, sejarah kemajuan filsafat Barat Kuno berkaitan juga dengan posisi Militos yang sebagai negara-kota (polis)  didaerah pesisir merupakan tempat pertemuan berbagai budaya, gaya hidup dan pemikiran pada zamannya pada tahun 700 SM Militos mengalami zaman keemasan sebagai kota niaga dan memberikan ruang kebebasan bagi perkembangannya filsafat. Disini diskusi dan pembicaraan logos mengenai berbagai tema terjadi secara terbuka dialun-alun pasa (agora),bukan di akropolis yakni bagian kota yang terletak di ketinggian (akhos, bahasa Yunani) dan merupakan tempat pusat ibadah kepada dewa-dewi dalam mitologi Yunani. Dengan demikian, keadaan diMilitos ikut membantu proses lahirnya demokrasi yang kemudian berkembang di Yunani Kuno, khususnya di Athena[2].
Ketika filsafat memasuki pada abad modern cara untuk dapat mempelajari filsafat lebih sempurna maka diperlukan sekali untuk mengerti apa yang dimaksud dengan istilah filsafat dalam pemakaian sekarang. Akan tetapi hal ini bukan suatu hal yang mudah. Sukar terdapat dua orang penulis yang sepakat pendapatnya tentang definisi serta batas lapangan filsafat, dan memang perkataan filsafat mempunyai bermacam-macam arti menurut perbedaan negara yang memakainya[3]. Kant mendefinisikan filsafat sebagai  pengetahuan yang memakai jalan (methode) pikiran semata-mata. Herbert mendefinisikan filsafat sebagai suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran, dan ia membaginya kepada tiga bagian yaitu: logika metafisika dan estetika (termasuk didalamnya etika).
Pembahasan makalah ini akan lebih menfokuskan pada madzhab atau aliran dalam filsafat seperti aliran rasionalisme, empirisme, dan kriticisme. Dimana ketiga aliran tersebut telah membuat pikiran manusia lebih luas dalam mencari kebenaran entah itu dari objek atau subjek.
B.     Rumusan Masalah
1.      Lahirnya abad modern
2.      Madzhab pemikiran abad modern
C.     Tujuan
1.      Mengetahui kapan lahirnya atau munculnya abad yang dikatakan modern.
2.      Mengetahui pemikiran-pemikiran madzhab filosof modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah lahirnya abad modern
            Filsafat modern adalah pembagian dalam sejarah filsafat barat yang menjadi tanda berakhirnya abad pertengahan era skolastisme[4], periode antara sekitar 1400 dan 1600 disebut zaman “kelahiran kembali[5]”. Walaupun tidak gampang dalam menentukan kapan abad pertengahan (skolastisme) berhenti.Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Ada hal-hal yang jelas menandai masa modern ini lahir yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan ekonomi dan usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi.
            Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa yang amat berperan dalam dunia filsafat. Berdasarkan metode eksperimental, dan matematis. Segala sesuatunya khususnya didalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Inilah yang menjadi awal dari masa modern. Filsafat modern inipun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes seorang filsuf terkemuka dizaman modern.
B.     Madzhab-madzhab dalam filsafat
            Madzhab atau aliran dalam filsafat adalah golongan pemikir yang sepaham dengan teori dan ajaran. Tiga aliran dalam filsafat modern abad ke-17 yang berkembang adalah Aliran Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme.
Ø  Aliran Rasionalisme
            Rene Descartes adalah tokoh pertama dalam filsafat modern atau sering disebut sebagai bapak aliran filsafat modern. Ia lahir di desa La Haye, Prancis pada 31 Maret 1596. Rene Descartes adalah seorang filsuf, ilmuan sekaligus matematikawan Prancis yang tersohor[6] dan Ia juga  tokoh sekaligus pelopor aliran rasionalisme[7]. Ia tidak puas dengan filsafat skolastik karena dilihatnya sebagai saling bertentangan dan tidak ada kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang pasti[8].
            Rene Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu-ragu terhadap segala sesuatu, maka keragu-raguan itu jelas ia ada sedang berpikir. Cogito Ergo Sum (saya berpikir, maka jelaslah bawa saya ada). Adapun sumber kebenaran ialah rasio. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Idaes Claires et Distinctes (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan (Idea innate= idea bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak benar.    Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut Rasionalisme[9]. Adapaun pengetahuan indera dianggap sering menyesatkan[10].
            Tokoh-tokohnya selain Rene Descartes adalah Blaise Pascal, Nicole Malehranche, Spinoza, dan Leibnis.
Ø  Aliran Empirisme
            Jika rasionalisme menyatakan bahwa kebenaran dihasilkan dari akal, maka beda halnya denga aliran yang lahir setelah rasionalisme ini yaitu empirisme. Empirisme adalah aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan atau kebenaran bersumber dari pengalaman, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas[11].
            Aliran empirisme dibangun oleh Francus Bacon (1210-1029) dan Thomas Hobbes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya yaitu John Locke dan David Hume. Francus Bacon berpendapat pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati.
            Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengenalan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka[12].
            Pengikut aliran empirisme yang lain diantaranya: John Locke, David Hume, Gerge Berkeley.
Ø  Aliran Kritisisme
            Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru dimana seorang ahli yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant mencoba menyelesaikan persoalan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (David Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkandung skep-tisisme. Untuk itu ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran[13].
            Menurut Kant, pengalaman inderawi selalu sudah ada dua bentuk a priori, yaitu ruang dan waktu. Keduanya berakar dalam struktur subyek sendiri. Memang ada suatu realitas terlepas dari subyek yang mengindera, tetapi realitas (das ding an sich = benda dalam dirinya) tidak pernah dikenalinya. Kita hanya mengenal gejala-gejala yang merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luar (a posteriori) dengan bentuk ruang dan waktu (a priori).
            Kant, walaupun ia mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat diterima kenyataannya[14].


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern muncul setelah berakhirnya abad pertengahan. Dalam penentuan waktu banyak dalam literatur atau pendapat para penulis berbeda dalam menetapkan kapan abad modern ini dimulai. Akan tetapi pendapat yang lebih banyak mengatakan bahwa abad modern muncul pada abad ke-17.
            Pada abad ke-17 ini muncullah filsuf yang digelari sebagai bapak filsafat modern yaitu Rene Descartes dari Prancis yang menganut paham rasionalisme lewat pemikirannya dan yang sangat terkenal ucapannya adalah Cogito Ergo Sum (Aku berfikir, maka aku ada). Paham rasionalisme ini lebih menekankan peran akal (rasio) sebagai suumber pengetahuan.
            Setelah paham rasionalisme yang sangat menekankan akal sebagai sumber pengetahuan, maka muncullah paham empirisme yang penekanannya pada inderawi dalam memperoleh atau sebagai sumber pengetahuan. Pelopor paham ini adalah Francus Bacon. Rasionalisme dan empirisme saling bertolak berlakang sehingga memnculkan paham yang baru yaitu paham kritisisme yang dipelopori oleh Immanuelkan. Kritisisme yang digagas oleh Immanuel Kant sebagai penyelesaian persoalan antara rasionalisme dan empirisme.


Daftar Pustaka
Achmadi, Asmoro.2010. Filsafat Umum. Jakarta. Rajawali Press.
Bertens, K. 1998. Ringkasan Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius.
Endang Daruni. Filsuf-Filsuf Dunia Dalam Gambar. Yogyakarta. Karya Kencana.
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk Ke-Dunia Filsafat. Yogyakarta. Kanisius.
Hanafi, A. 1981. Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Murtiningsih, Wahyu. 2012. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Jogjakarta. IRCiSoD.
Petrus, Simon L. Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Syadali, Ahmad. Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung. CV. Pustaka Setia.



[1] Harry Hamersma. 2008. Pintu Masuk Ke-Dunia Filsafat. Yogyakarta. Kanisius. Hlm.36
[2] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Hlm. 17
[3] A. Hanafi. 1981. Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Hlm. 11
[4] K. Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat Barat. Hal. 48

[5] Klahiran kembali Atau Renaissance adalah istilah yang sering digunakan untuk menamakan gelombang-gelombang kebudayaan dan pemikiran di Eropa yang dimulai dari Italia (abad ke-14) dan kemudian meluas ke Prancis, Spanyol, Jerman, Belanda, Inggris dan ke negara-negara lainnya. Tokoh penting antara lain Leonardo Da Vinci, Michelangelo, dan Machiavelli.

[6] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Hal. 88
[7] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Hal 115
[8] Ahmad Syadali. Mudzakir. Filsafat Umum. Hal. 102
[9] Ibid .. “Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir”. Hal. 106
[10] Ibid...
[11] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Hal. 116
[12] Ahmad Syadali. Mudzakir. Filsafat Umum. Hal. 103
[13] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Hal. 119
[14] Endang Daruni. Filsuf-Filsuf Dunia Dalam Gambar. Hal. 140