Sabtu, 05 April 2014

“Mengkorelasikan Pemikiran Heraklitos Dan Parmenidas Kepada Cinta Dan Perasaan”



Dunia terasi stagnan bila tak hadirnya cinta yang penuh misteri ini, dan apa daya jika manusia tak dihadiri olehnya. Karena manusia adalah makhluk yang dikatakan sempurna daripada makhluk lainnya, namun belumlah dapat dikatakan semurna apabila ia belum merasakan sentuhan cinta dalam hidupnya. Begitu Esa Tuhan dalam melengkapi manusia dengan kasih sayangnya, sehingga manusia juga merasakan apa yang Tuhan berikan dan juga nantinya manusia akan mempraktekkan kasih sayang yang telah Tuhan berikan padanya.
Cinta tak ubahnya bagai api yang selalu menyala-nyala, tak ubahnya membuat sesuatu menjadi berubah walau terkadang sirna (Heraklitos). Cinta tak ubahnya membuat insan ingin selalu tetap merasakan sesuatu yang tetap membuatnya bahagia, senang dan sedih, duka serta cita. Suka ada, duka ada (Parmenides).
Cinta adalah sebuah kata yang banyak interpretasi dan bahkan banyak insan yang sibuk dan kebingungan dalam menginterpretasikan cinta seperti yang dikatakan oleh Imam al-Ghazali meggunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan. Namun tidak bagi saya, cinta adalah sebuah ciptaan Tuhan yang bersifat metafisik dan penuh misteri dimana ketika insan tertimpa cinta akan merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya, walaupun terkadang ia tak merasakan bahwa dirinya terlanda.
Namun bagaimana jika cinta kita relasikan kepada buah pemikiran seorang filsuf Yunani yaitu Heraklitos dan Parmenides, dimana Heraklitos berpendapat bahwa kita tidak akan bisa terjun atau jatuh kepada air yang pertama kali kita jatuh kesana (relatif), berbeda dengan Parmenides yang berpendapat bahwa yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada (statis).
Perasaan cinta jika ditinjau dari segi perspektif pemikiran Heraklitos, maka kita akan menjadi play boy atu play girl, namun sebaliknya jika kita tinjau dari perspektif pemikiran Parmenides maka kita akan tetap setia dan tak akan mencari mangsa (bahasa kasarnya).
Namun ada seorang insan yang merasakan dua hal tersebut dimana ketika ia telah meninggalkan yang pertama dan pindah kepada yang kedua, dan dalam waktu sebentar atau lama ia merasa ingin sekali kembali kepada yang pertama maka inilah konsep pemikiran filsuf kedua tersebut terjadi. Bagian pertama adalah teori Heraklitos yaitu tidak bisa bersama dengan orang yang pertama akan tetapi harus menerima yang kedua dan bagian yang kedua adalah teori Parmenides dimana insan tersebut tidak bisa dengan yang kedua namun harus kembali kepada yang pertama bahwa yang pertama adalah yang pertama dan yang kedua adalah yang kedua.

By: Orang kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar