Dunia
terasi stagnan bila tak hadirnya cinta yang penuh misteri ini, dan apa daya
jika manusia tak dihadiri olehnya. Karena manusia adalah makhluk yang dikatakan
sempurna daripada makhluk lainnya, namun belumlah dapat dikatakan semurna
apabila ia belum merasakan sentuhan cinta dalam hidupnya. Begitu Esa Tuhan
dalam melengkapi manusia dengan kasih sayangnya, sehingga manusia juga
merasakan apa yang Tuhan berikan dan juga nantinya manusia akan mempraktekkan
kasih sayang yang telah Tuhan berikan padanya.
Cinta
tak ubahnya bagai api yang selalu menyala-nyala, tak ubahnya membuat sesuatu
menjadi berubah walau terkadang sirna (Heraklitos). Cinta tak ubahnya membuat
insan ingin selalu tetap merasakan sesuatu yang tetap membuatnya bahagia,
senang dan sedih, duka serta cita. Suka ada, duka ada (Parmenides).
Cinta
adalah sebuah kata yang banyak interpretasi dan bahkan banyak insan yang sibuk
dan kebingungan dalam menginterpretasikan cinta seperti yang dikatakan oleh
Imam al-Ghazali meggunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan. Namun tidak
bagi saya, cinta adalah sebuah ciptaan Tuhan yang bersifat metafisik dan penuh
misteri dimana ketika insan tertimpa cinta akan merasakan sesuatu yang berbeda
dalam hidupnya, walaupun terkadang ia tak merasakan bahwa dirinya terlanda.
Namun
bagaimana jika cinta kita relasikan kepada buah pemikiran seorang filsuf Yunani
yaitu Heraklitos dan Parmenides, dimana Heraklitos berpendapat bahwa kita tidak
akan bisa terjun atau jatuh kepada air yang pertama kali kita jatuh kesana
(relatif), berbeda dengan Parmenides yang berpendapat bahwa yang ada itu ada
dan yang tidak ada itu tidak ada (statis).
Perasaan
cinta jika ditinjau dari segi perspektif pemikiran Heraklitos, maka kita akan
menjadi play boy atu play girl, namun sebaliknya jika kita
tinjau dari perspektif pemikiran Parmenides maka kita akan tetap setia dan tak
akan mencari mangsa (bahasa kasarnya).
Namun
ada seorang insan yang merasakan dua hal tersebut dimana ketika ia telah
meninggalkan yang pertama dan pindah kepada yang kedua, dan dalam waktu
sebentar atau lama ia merasa ingin sekali kembali kepada yang pertama maka
inilah konsep pemikiran filsuf kedua tersebut terjadi. Bagian pertama adalah
teori Heraklitos yaitu tidak bisa bersama dengan orang yang pertama akan tetapi
harus menerima yang kedua dan bagian yang kedua adalah teori Parmenides dimana
insan tersebut tidak bisa dengan yang kedua namun harus kembali kepada yang
pertama bahwa yang pertama adalah yang pertama dan yang kedua adalah yang kedua.
By: Orang kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar