Ada
kesepakatan intelektual tidak tertulis, bahwa filsafat lahir atau dimulai dari
Yunani kurang lebih sekitar abad ke-6 SM, sejumlah tokoh muncul sebagai bukti
bahwa ada teknik baru cara berfikir manusia dibumi. Sejumlah bukti pembanding
juga disajikan, bahwa dibelahan bumi yang lain, beberapa komunitas telah
dianggap melakukan terobosan yang sama. Namun sayangnya, kesimpulan tetap
mengarah pada Yunani adalah lingkungan filsafat pertama dengan modus “more rational than emperical”.
Dalam
sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat.
Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh
pemikir-pemikir besar, tema-tema yang paling penting dalam periode-periode
tertentu. Cara berfikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup
dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat,
tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Tetapi banyak pertanyaan dan jawaban
yang selalu kembali di segala zaman dan disemua sudut dunia[1].
Dalam
sejarah filsafat juga, biasanya dibedakan tiga tradisi besar: filsafat India,
filsafat China, filsafat Barat. Antara ketiga tradisi ini banyak pararel,
terutama filsafat India dan filsafat Barat. Satu hal yang menonjol ialah bahwa
baik di India dan China maupun dalam dunia Barat, hidup intelektual menjadi
dewasa (dengan melepaskan diri dari corak berfikir mistis) dalam periode antara
800 dan 200 SM.
Secara
politis, sejarah kemajuan filsafat Barat Kuno berkaitan juga dengan posisi
Militos yang sebagai negara-kota (polis) didaerah pesisir merupakan tempat pertemuan
berbagai budaya, gaya hidup dan pemikiran pada zamannya pada tahun 700 SM
Militos mengalami zaman keemasan sebagai kota niaga dan memberikan ruang
kebebasab bagi perkembangannya filsafat. Disini diskusi dan pembicaraan logos mengenai berbagai tema terjadi
secara terbuka dialun-alun pasa (agora),bukan
di akropolis yakni bagian kota yang
terletak di ketinggian (akhos, bahasa
Yunani) dan merupakan tempat pusat ibadah kepada dewa-dewi dalam mitologi Yunani. Dengan demikian,
keadaan di Militos ikut membantu proses lahirnya demokrasi yang kemudian
berkembang di Yunani Kuno, khususnya di Athena[2].
Ketika
filsafat memasuki pada abad modern cara untuk dapat mempelajari filsafat lebih
sempurna maka diperlukan sekali untuk mengerti apa yang dimaksud dengan istilah
filsafat dalam pemakaian sekarang. Akan tetapi hal ini bukan suatu hal yang
mudah. Sukar terdapat dua orang penulis yang sepakat pendapatnya tentang
definisi serta batas lapangan filsafat, dan memang perkataan filsafat mempunyai
bermacam-macam arti menurut perbedaan negara yang memakainya[3].
Kant
mendefinisikan filsafat sebagai
pengetahuan yang memakai jalan (methode) pikiran semata-mata.
Herbert
mendefinisikan filsafat sebagai suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran, dan
ia membaginya kepada tiga bagian yaitu: logika metafisika dan estetika
(termasuk didalamnya etika).
Permasalahan
a. Mengapa filsafat tumbuh di Yunani ?
b. Siapa saja tokoh filsafat Yunani kuno
dan Klasik?
c. Apa saja Aliran dan tokoh filsafat
Modern ?
Deskripsi
Filsafat
tumbuh di Yuani dengan beberapa alasan dan bahkan banyak alasan yang
dikemukakan oleh para ahli. Namun jika diperinci lagi mengapa filsafat tumbuh
di Yunani yaitu ada tiga alasan yang mampu mencakup semuanya. Pertama, adanya faktor politik. Kedua, adanya fakotor budaya, yang pada
saat itu masyarakat Yunani banyak melakukan diskusi atau perdebatan dan juga
banyaknya masyarakat Yunani yang berpindah-pindah tempat tinggalnya. ketiga, faktor sastra.
Adapun
para filsuf Yunani Kuno, yaitu :
1. Thales
Thales
(624-545) adalah orang pertama yang mengawali babak baru dalam sejarah filsafat[4].
Dia adalah seorang saudgar yang banyak melakukan pelayaranke negeri mesir. Ia
juga seorang politik yang terkenal di Militos. Dalam pada itu masih ada
kesempata baginya untuk mempelajari matematik (ilmu pasti) dan astronomi (ilmu
bintang).
Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan
ajaan Thales adalah semuanya itu air. Air yang cair ialah pangkal, pokok dan
dasar (principle) segala-galanya.
Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali pada air pula. Adapun teori
yang dikemukakan oleh Thales ini berdasarkan atas pengalamnnya sebagai orang
pesisir yang setiap harinya melihat melihat air.[5].
2. Anaximandros (610-547)
Anaximandros
adalah salah satu murid Thales. Ia lebih muda lima belas tahun dari Thales,
tapi meninggal lebih dulu dari Thales. Anaximandros adalah seorang ahli
astronomi dan ilmu bumi[6].
Sebagai
filsuf ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia murid Thales,
namun mempunyai prinsip yang berbeda, jika Thales semuanya adalah air, namun
Anaximandros mempunyai prinsip bahwa dasar alam haruslah dari jenis yang tak
terhitung dan tak akan terbatas yang oleh dia disebut dengan apeiron.[7]
Anaximadros
adalah orang yang pertama kali mengenalkan penggunaan genomon, yakni tongkat peunjuk yang dipasang ditanah datar untuk
menghitung waktu- kelak tehnik ini menjadi dasar terciptanya piringan matahari
(sundial) untuk menentukan waktu[8].
3. Anaximenes (585-494)
Anaximenes
adalah seorang murid dari Anaximandros. Ia adalah filsuf terakhir dari Militos.
Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam berakhir dikota tersebut.
pandangan filsafatnya tentang kejadian alam sama dasarnya dengan pandangan
gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tak terhingga. Hanya
saja ia tidak dapat menerima pendapat gurunya. Baginya yang asal itu adalah
udara. Udara itulah yang satu dan tidak terhingga. Anaximenes mengatakan udara
karena udara memalut dunia ini, menjadi segala sebab dari yang hidup. Jika tak
ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikirannya kesana barangkali terpengaruh
oleh ajaran Anaximandros, bahwa: “jiwa
itu serupa dengan udara”[9].
4.
Pythagoras
Pythagoras
lahir sekitar tahun 570 SM, dipulau samos, didaerah Lonia. dia adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang tersohor. ia dikenal sebagai bapak
bilangan melalui teoremanya. Ia juga memberikan sumbangan yang penting terhadap
filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Ia dikenal sebagai
pendiri sekolah filsafat yang mampu bertahan hingga 200tahun lamanya[10].
Menurut
kepercayaan Pythagoras manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan
dari Tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa. dan ia akan kembali ke langit
kedalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu[11].
Manusia senantiasa harus berdzikir untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Karena
hidup di dunia ini menurut Pythagoras adalah persediaan buat akhirat.
Pythagoras
sendiri tidak pernah meninggalkan ajaran tertulis, sehingga sulit mencari
ajarannya yang keluar dari mulutnya dan yang dari muridnya. Karena begitu
banyaknya pengaruh bagi orang-orang, sehingga Pythagoras dianggap sebagai Dewa[12].
Filsafatnya ia mengatakan bahwa hakikat segalanya adalah angka.
5.
Heraklitos
Heraklitos
lahir dikota Ephesos sekitar tahun 540 SM ia mempunya pandangan yang berbeda
dengan filsuf-filsuff sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal dari segala sesuatu ialah satu, yakni
api. Ia memandang bahwa api sebagai anasir, dimana asal pandangannya ini
semata-mata tidak terkait pada alam luaran yang besar, seperti pandangan
filsuf-filsuf Miletos.
6.
Parmenides
Parmenides
lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Ia berasal dari kota
Elea, Italia Selatan. Ia adalah murid Xenophanes, pendiri madzhab Elea. Namun
pada akhirnya dirinyalah yag paling menonjol diantara para penganut madzhab
Elea. Sekalipun ia murid Xenophanes, ia tidak mengikuti pandangan Xenophanes.
pengaruh guru dalam dirinya hanyalah dalam penggunaan puisi untuk menyampaikan
filsafatnya. Parmenides juga salah seorang relativisme yang penting. Ia sangat
dihargai oleh para filsuf-filsuf lainnya, termasuk Plato dan Aristoteles[13].
Pemikiran
Parmenides bertolak belakang dengan pemikiran Heraklitos. Menurut Parmenides
Realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak ataupun berubah[14].
Tokoh-tokoh
filsuf Klasik:
Disebut
filsafat klasik karena falsafah yang dibangunnya mampu mengetahui sistem
pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira selama dua ribu tahun. Para
filsuf klasik muncul berusaha untuk membangkitkan kembali kepercayaan
masyarakat terhadap ilmu pengetahuan pada waktu itu mengalami pendangkalan dan
melemahnya tanggung jawab manusia karena pengaruh negatif dari para aliran
filosof aliran Sofisme[15].
1.
Socrates
Socrates
lahir di Athena sekitar 470-399 SM. Ia merupakan generasi pertama dari tiga
ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato, Aristoteles. Socrates
adalah guru dari Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Pemikiran Socrates diantaranya adalah pernyataan kebenaran objektif, yaitu yang
tidak bergantung pada aku dan kita. Adapun penyampaian filsafatnya, Socrates
melakukan cara yang dikenal dengan dialektika. Sehingga dari metode
dialektikanya dia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu Induksi dan
Definisi[16].
Kematian
Socrates pada tahun 399SM yaitu diadili oleh para pemimpin demokrasi baru.
Karena Socates dianggap telah mempengaruhi para pemuda didareahnya. Dan ada
juga yang mengatakan bahwa[17]:
a.
Socrates
tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi memperkenalkan
praktik-praktik agama yang baru, dan
b.
Socrates
merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates dituntut hukuman
mati.
2.
Plato
Sebagaimana
Socrates, Plato juga menggunakan dialog dalam menyampaikan filsafatnya. Namun,
kebenaran umum (definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang
induktif sebagaimana cara yang digunakan
Socrates. Pengertian umum (definisi) menurut Plato sudah tersedia disana di
alam idea[18].
Menurutnya
pemikirannya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan
berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Dengan demikian,
jelaslah bahwa kebenaran umum itu sudah ada, bukan dibuat melainkan sudah ada
didalam idea[19].
Hal
yang penting juga untuk diketahui dari filsafatnya Plato adalah tentang negara.
Menurutnya dalam tiap negara, segala golongan dan semua orang adalah alat
semata-mata untuk kesejahteraan semuanya[20].
3.
Aristoteles
Socrates adalah salah satu filsuf
yang dianggap sangat berjasa dalam meletakkan pemikiran rasionalitas Barat.Ia
adalah murid Plato.
Dalam
pemikirannya, Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan
kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode
rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif,
dari dua premis pernyataan yang benar, dibuat konklusi berupa pernyataan ketiga
yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis tersebut. Inilah yang disebut
dengan silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika (cabang filsafat
yang secara khusus menguji) dan keabsahan cara berfikir[21].
Adapun dalam metode
empiris-induktif, pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular
digunakan sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku
universal. Metode ini mengandalkan pengamatan indrawi untuk mencapai pegetahuan
yang sempurna.
Aliran dan Tokoh Filsafat Modern
Para filsuf zaman modern menegaskan
bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga
dari penguasa tetapi dari manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang
berperan ada beda pendapat. Sehingga pada zaman modern ada yang namanya
aliran-aliran dalam filsafat diantaranya: Aliran Empirisme yang menyatakan
sumber pengetahuan hanya lewat pengalaman indra atau batin. Aliran Rasionalisme
yang menyatakan kebenaran pasti berasal dari akal (rasio). Lalu muncullah
aliran lagi yang mencoba memadukan diantara keduanya yaitu Kriticisme.
1. Rasionalisme
Rene
Descartescartes disamping tokoh Rasionalisme juga dianggap sebagai bapak aliran
filsafat Modern. Ia tidak puas dengan filsafat Scholastik karena tak ada metode
berpikir yang pasti. Sebab yang berpikir itu tentu ada dan jelas terang
benderang. Cogito Ergo Sum saya
berpikir, maka jelaslah bahwa saya ada. Adapun menurutnya kebenaran ialah
rasio. hanya rasio sajalah yang akan membawa kepada kebenaran[22].
Penganut Rasionalisme yang lain adalah Blaise Pascal, Nicole Malehranche,
Spinoza dan Leibniz.
2. Empiris
Bertentangan dengan Rasionalisme.
Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman, sehingga
pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Adapun
pengikut aliran Empirisme adalah: John Locke, David Hume, George Berkeley[23].
3. Kriticisme
Immanuel Kant berusaha mengadakan
penyelesaian atas pertikaian antara aliran Rasionalisme dan Empirisme, dengan
filsafatnya ia menamakan Kriticisme (aliran
yang kritis). Menurut Kant, pengenalan Inderawi selalu sudah ada bentuk apriori
yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subyek sendiri,
tetapi realitas tidak pernah dikenalinya[24].
Analisis
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan
dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.
Filsafat tidak didalami dengan cara melakukan eksperimen-eksperimen atau
melakukan percobaan-percobaan, namun dengan cara mencari solusi untuk
memberikan argumen yang bisa menanggulangi sebuah permasalahan.
Banyak keterangan dalam buku yang
mengatakan bahwa filsafat lahir di Yunani pada abd ke-6 SM. Sejumlah tokoh yang
muncul dengan teknik baru cara berfikir. Sementara dibelahan bumi lain juga ada
terobosan yang sama, namun kesimpulan tetap mengarah pada Yunani sebagai tempat
lahirnya filsafat pertama kali dengan modus “more rational than empirical”.
Banyak orang-orang bertanya-tanya kenapa lahir disana (Yunani), sehingga
ada tiga rumusan awal lahirnya. Pertama, Faktor
Budaya, Kedua, Faktor Politik, Ketiga, Faktor Sastra.
Dalam tradisi filsafat barat
mempunyai tema-tema dalam pembidangannya :
a. Metafisika
b. Epistemologi
c. Aksiologi
d. Etika
e. Estetika
Corak
pemikiran para filsuf dari zaman kuno, klasik dan modern sangat berbeda. Kalau
Corak filsafat Barat Kuno lebih pada alam. Tidak heran jika Thales,
Anaximandros, Anaximenes dll, pola pemikirannya lebih mengarah kepada alam,
dari apa alam ini tercipta. Filsafat Klasik, Socrates, Plato, Aristoteles,
mereka bertiga mengajarkan tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif.
Menurut kaum ini manusia merupakan ukuran bagi segenap kebenaran yang ada. Akibat
dai ajaran ini, maka ukuran kebenaran menjadi relatif dan subyektif.
Sedangkan
pandangan atau pemikiran filsafat modern sudah mengarah pada pemikiran yang
berbeda, ada yang berfikir bahwa kebenaran dapat diperoleh dengan pengalaman
atau melalui inderawi, ada pula yang mengatakan dengan melalui akal semata,
sehingga ada pemikiran kritis yang ingin memadukan antara keduanya.
Sehingga
pada masa modern ini terjadi yang namanya aliran-aliran dalam filsafat. Pertama, Aliran Rasionalis tokohnya
adalah Rene Descartes dll. Kedua,
Aliran Empiris, dengan tokohnya Francis Bacon. Dan muncullah aliran baru yang
dikenal dengan aliran Kriticisme yang ingin memadukan kedua aliran itu
Rasionalis dan Empiris yang ditokohi oleh Immanuel Kant.
Kesimpulan
Banyak
filsuf bahkan para ilmuan yang mengartikan filsafat, alangkah baiknya jika
langsung menuju ke obyek material dan formalnya. Dalam segi materialnya, atau
yang menjadi permasalahan besar filsafat ialah hakikat Tuhan, Manusia dan Alam.
Dalam segi formalnya filsafat ialah usaha untuk mencari keterangan secara
radikan tentang objek material filsafat.
Filsafat
lahir di Yunani, walaupun waktu itu sudah ada penerobosan juga tentang cara
berfikir, namun kesimpulannya tetap mengarah pada Yunani. Sehingga ada filsuf
Yunani yang disebut dengan bapak filsafat yaitu Thales yang mempunyai murid
Anaximandros yang akhirnya juga mempunyai murid Anaximenes, yang ketiga filsuf
ini saling berbeda corak pemikirannya.
Pemikiran para filsuf Barat Kuno
adalah mengenai alam, dengan apa ia tercipta. Barulah filsuf Barat Kuno
memberikan jawaban lewat pengalamannya. Thales berpendapat semuanya satu yaitu
air. Anaximandros berpendapat bahwa dasar alam adalah apeiron. Anaximenes juga
berpendapat semuanya satu, juga berbeda pandangan menurutnya adalah udara. Dan
juga ada filsuf-filsuf Barat Kuno setelahnya seperti Pythagoras, Heraclitos,
Parmenides.
Filsuf zaman klasik ada tiga yang
terkenal yaitu Socrates yang mempunyai murid Plato dan akhirnya Plato mempunyai
murid juga yaitu Aristoteles. Pada zaman inilah yang disebut dengan zaman
keemasan. Disebut zaman keemasan karena filsafatnya mampu mengusai sistem
pemikiran alam barat kira-kira selama dua ribu tahun.
Filsafat modern muncul setelah abad
pertengahan, namun pada abad pertengan ini tidak dikeahui kapan berakhirnya.
Dalam filsafat modern terjadi yang namanya aliran-aliran dalam filsafat,
sehingga pada pokoknya ada tiga aliran waktu itu, yaitu:
1. Aliran
Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes
(1596-1650).
2. Aliran
Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon
(1210-1292).
3. Aliian
Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant
(1724-1804).
Daftar
Pustaka:
Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual. Yogyakarta:
Kanisius (Anggota IKAPI).
Atang Abdul Hakim. Beni Ahmad
Saebani. 2008. Filsafat Umum.
Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Wahyu Murtiningsih. 2012. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah.
Jogjakarta: IRCiSoD.
Harry
Hamersma. 2008. Pintu Masuk Ke-Dunia
Filsafat. Yogyakarta. Kanisius.
A.
Hanafi. 1981. Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Ahmad
Syadali. Mudzakkir. 1997. Filsafat Umum.
Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Ali
Maksum. 2011. Pengantar Filsafat.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
[1] Harry Hamersma. 2008. Pintu Masuk Ke-Dunia Filsafat.
Yogyakarta. Kanisius. Hlm.36
[2] Simon Petrus L.
Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual.
Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Hlm. 17
[3] A. Hanafi. 1981.
Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Hlm. 11
[4] Simon Petrus L.
Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual.
Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Hlm. 21
[5] Ibid,.. 40-41
[6] Ibid.. hlm. 43
[7] Ibid ... hlm. 43
[8] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah.
Hlm. 22
[9] Ahmad Syadali.
Mudzakkir. Filsafat Umum. Hlm.45
[10] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah.
Hlm. 23-24
[11] Ahmad Syadali.
Mudzakkir. Filsafat Umum. Hlm. 48
[12] Ibdi,,,.. 49
[13] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah.
Hlm. 33-34
[14] Ibid,.. 34
[15] Ahmad Syadali.
Mudzakkir. Filsafat Umum. Hlm. 66
[16] Atang Abdul Hakim. Beni
Ahmad Saebani. Filsafat Umum. hlm.
179
[17] Ali Maksum. Pengantar Filsafat. hlm. 57
[18] Atang Abdul Hakim. Beni
Ahmad Saebani. Filsafat Umum. hlm.
193
[19] Ibid. 193
[20] Ibid. 194
[21] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah.
Hlm. 57
[22] Ahmad Syadali.
Mudzakkir. Filsafat Umum. hlm. 102
[23] Ibid. 103
[24] Ibid. 103-104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar