Kamis, 02 Januari 2014

POLA PIKIR ANTARA FILSUF BARAT, KLASIK DAN MODERN

Pendahuluan
Ada kesepakatan intelektual tidak tertulis, bahwa filsafat lahir atau dimulai dari Yunani kurang lebih sekitar abad ke-6 SM, sejumlah tokoh muncul sebagai bukti bahwa ada teknik baru cara berfikir manusia dibumi. Sejumlah bukti pembanding juga disajikan, bahwa dibelahan bumi yang lain, beberapa komunitas telah dianggap melakukan terobosan yang sama. Namun sayangnya, kesimpulan tetap mengarah pada Yunani adalah lingkungan filsafat pertama dengan modus “more rational than emperical”.
Dalam sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang paling penting dalam periode-periode tertentu. Cara berfikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam dan sejarah. Tetapi banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala zaman dan disemua sudut dunia[1].
Dalam sejarah filsafat juga, biasanya dibedakan tiga tradisi besar: filsafat India, filsafat China, filsafat Barat. Antara ketiga tradisi ini banyak pararel, terutama filsafat India dan filsafat Barat. Satu hal yang menonjol ialah bahwa baik di India dan China maupun dalam dunia Barat, hidup intelektual menjadi dewasa (dengan melepaskan diri dari corak berfikir mistis) dalam periode antara 800 dan 200 SM.
Secara politis, sejarah kemajuan filsafat Barat Kuno berkaitan juga dengan posisi Militos yang sebagai negara-kota (polis)  didaerah pesisir merupakan tempat pertemuan berbagai budaya, gaya hidup dan pemikiran pada zamannya pada tahun 700 SM Militos mengalami zaman keemasan sebagai kota niaga dan memberikan ruang kebebasab bagi perkembangannya filsafat. Disini diskusi dan pembicaraan logos mengenai berbagai tema terjadi secara terbuka dialun-alun pasa (agora),bukan di akropolis yakni bagian kota yang terletak di ketinggian (akhos, bahasa Yunani) dan merupakan tempat pusat ibadah kepada dewa-dewi dalam mitologi Yunani. Dengan demikian, keadaan di Militos ikut membantu proses lahirnya demokrasi yang kemudian berkembang di Yunani Kuno, khususnya di Athena[2].
Ketika filsafat memasuki pada abad modern cara untuk dapat mempelajari filsafat lebih sempurna maka diperlukan sekali untuk mengerti apa yang dimaksud dengan istilah filsafat dalam pemakaian sekarang. Akan tetapi hal ini bukan suatu hal yang mudah. Sukar terdapat dua orang penulis yang sepakat pendapatnya tentang definisi serta batas lapangan filsafat, dan memang perkataan filsafat mempunyai bermacam-macam arti menurut perbedaan negara yang memakainya[3].
Kant mendefinisikan filsafat sebagai  pengetahuan yang memakai jalan (methode) pikiran semata-mata.
Herbert mendefinisikan filsafat sebagai suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran, dan ia membaginya kepada tiga bagian yaitu: logika metafisika dan estetika (termasuk didalamnya etika).
Permasalahan
a.       Mengapa filsafat tumbuh di Yunani ?
b.      Siapa saja tokoh filsafat Yunani kuno dan Klasik?
c.       Apa saja Aliran dan tokoh filsafat Modern ?

Deskripsi
Filsafat tumbuh di Yuani dengan beberapa alasan dan bahkan banyak alasan yang dikemukakan oleh para ahli. Namun jika diperinci lagi mengapa filsafat tumbuh di Yunani yaitu ada tiga alasan yang mampu mencakup semuanya. Pertama, adanya faktor politik. Kedua, adanya fakotor budaya, yang pada saat itu masyarakat Yunani banyak melakukan diskusi atau perdebatan dan juga banyaknya masyarakat Yunani yang berpindah-pindah tempat tinggalnya. ketiga, faktor sastra.
Adapun para filsuf Yunani Kuno, yaitu :
1.      Thales
Thales (624-545) adalah orang pertama yang mengawali babak baru dalam sejarah filsafat[4]. Dia adalah seorang saudgar yang banyak melakukan pelayaranke negeri mesir. Ia juga seorang politik yang terkenal di Militos. Dalam pada itu masih ada kesempata baginya untuk mempelajari matematik (ilmu pasti) dan astronomi (ilmu bintang).
 Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaan Thales adalah semuanya itu air. Air yang cair ialah pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali pada air pula. Adapun teori yang dikemukakan oleh Thales ini berdasarkan atas pengalamnnya sebagai orang pesisir yang setiap harinya melihat melihat air.[5].

2.      Anaximandros (610-547)
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Ia lebih muda lima belas tahun dari Thales, tapi meninggal lebih dulu dari Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi[6].
Sebagai filsuf ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia murid Thales, namun mempunyai prinsip yang berbeda, jika Thales semuanya adalah air, namun Anaximandros mempunyai prinsip bahwa dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak akan terbatas yang oleh dia disebut dengan apeiron.[7]
Anaximadros adalah orang yang pertama kali mengenalkan penggunaan genomon, yakni tongkat peunjuk yang dipasang ditanah datar untuk menghitung waktu- kelak tehnik ini menjadi dasar terciptanya piringan matahari (sundial)  untuk menentukan waktu[8].
3.      Anaximenes (585-494)
Anaximenes adalah seorang murid dari Anaximandros. Ia adalah filsuf terakhir dari Militos. Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam berakhir dikota tersebut. pandangan filsafatnya tentang kejadian alam sama dasarnya dengan pandangan gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tak terhingga. Hanya saja ia tidak dapat menerima pendapat gurunya. Baginya yang asal itu adalah udara. Udara itulah yang satu dan tidak terhingga. Anaximenes mengatakan udara karena udara memalut dunia ini, menjadi segala sebab dari yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikirannya kesana barangkali terpengaruh oleh ajaran Anaximandros, bahwa: “jiwa itu serupa dengan udara[9].
4. Pythagoras
Pythagoras lahir sekitar tahun 570 SM, dipulau samos, didaerah Lonia. dia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang tersohor. ia dikenal sebagai bapak bilangan melalui teoremanya. Ia juga memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Ia dikenal sebagai pendiri sekolah filsafat yang mampu bertahan hingga 200tahun lamanya[10].
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa. dan ia akan kembali ke langit kedalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu[11]. Manusia senantiasa harus berdzikir untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Karena hidup di dunia ini menurut Pythagoras adalah persediaan buat akhirat.
Pythagoras sendiri tidak pernah meninggalkan ajaran tertulis, sehingga sulit mencari ajarannya yang keluar dari mulutnya dan yang dari muridnya. Karena begitu banyaknya pengaruh bagi orang-orang, sehingga Pythagoras dianggap sebagai Dewa[12]. Filsafatnya ia mengatakan bahwa hakikat segalanya adalah angka.
5. Heraklitos
Heraklitos lahir dikota Ephesos sekitar tahun 540 SM ia mempunya pandangan yang berbeda dengan filsuf-filsuff sebelumnya. Ia menyatakan bahwa  asal dari segala sesuatu ialah satu, yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai anasir, dimana asal pandangannya ini semata-mata tidak terkait pada alam luaran yang besar, seperti pandangan filsuf-filsuf Miletos.
6. Parmenides
Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Ia berasal dari kota Elea, Italia Selatan. Ia adalah murid Xenophanes, pendiri madzhab Elea. Namun pada akhirnya dirinyalah yag paling menonjol diantara para penganut madzhab Elea. Sekalipun ia murid Xenophanes, ia tidak mengikuti pandangan Xenophanes. pengaruh guru dalam dirinya hanyalah dalam penggunaan puisi untuk menyampaikan filsafatnya. Parmenides juga salah seorang relativisme yang penting. Ia sangat dihargai oleh para filsuf-filsuf lainnya, termasuk Plato dan Aristoteles[13].
Pemikiran Parmenides bertolak belakang dengan pemikiran Heraklitos. Menurut Parmenides Realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak ataupun berubah[14].
Tokoh-tokoh filsuf Klasik:
Disebut filsafat klasik karena falsafah yang dibangunnya mampu mengetahui sistem pengetahuan alam pikiran barat sampai kira-kira selama dua ribu tahun. Para filsuf klasik muncul berusaha untuk membangkitkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan pada waktu itu mengalami pendangkalan dan melemahnya tanggung jawab manusia karena pengaruh negatif dari para aliran filosof aliran Sofisme[15].

1. Socrates
Socrates lahir di Athena sekitar 470-399 SM. Ia merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato, Aristoteles. Socrates adalah guru dari Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Pemikiran Socrates diantaranya adalah pernyataan kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung pada aku dan kita. Adapun penyampaian filsafatnya, Socrates melakukan cara yang dikenal dengan dialektika. Sehingga dari metode dialektikanya dia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu Induksi dan Definisi[16].
Kematian Socrates pada tahun 399SM yaitu diadili oleh para pemimpin demokrasi baru. Karena Socates dianggap telah mempengaruhi para pemuda didareahnya. Dan ada juga yang mengatakan bahwa[17]:
a.       Socrates tidak menyembah allah-allah yang disembah negara, tapi memperkenalkan praktik-praktik agama yang baru, dan
b.      Socrates merusak kaum muda. Atas kesalahan-kesalahan tersebut Socrates dituntut hukuman mati.

2. Plato
Sebagaimana Socrates, Plato juga menggunakan dialog dalam menyampaikan filsafatnya. Namun, kebenaran umum (definisi) menurutnya bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif sebagaimana  cara yang digunakan Socrates. Pengertian umum (definisi) menurut Plato sudah tersedia disana di alam idea[18].
Menurutnya pemikirannya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Dengan demikian, jelaslah bahwa kebenaran umum itu sudah ada, bukan dibuat melainkan sudah ada didalam idea[19].
Hal yang penting juga untuk diketahui dari filsafatnya Plato adalah tentang negara. Menurutnya dalam tiap negara, segala golongan dan semua orang adalah alat semata-mata untuk kesejahteraan semuanya[20].

3. Aristoteles
            Socrates adalah salah satu filsuf yang dianggap sangat berjasa dalam meletakkan pemikiran rasionalitas Barat.Ia adalah murid Plato.
Dalam pemikirannya, Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif, dari dua premis pernyataan yang benar, dibuat konklusi berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis tersebut. Inilah yang disebut dengan silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika (cabang filsafat yang secara khusus menguji) dan keabsahan cara berfikir[21].
            Adapun dalam metode empiris-induktif, pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular digunakan sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal. Metode ini mengandalkan pengamatan indrawi untuk mencapai pegetahuan yang sempurna.
            Aliran dan Tokoh Filsafat Modern
            Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa tetapi dari manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Sehingga pada zaman modern ada yang namanya aliran-aliran dalam filsafat diantaranya: Aliran Empirisme yang menyatakan sumber pengetahuan hanya lewat pengalaman indra atau batin. Aliran Rasionalisme yang menyatakan kebenaran pasti berasal dari akal (rasio). Lalu muncullah aliran lagi yang mencoba memadukan diantara keduanya yaitu Kriticisme.
            1. Rasionalisme
Rene Descartescartes disamping tokoh Rasionalisme juga dianggap sebagai bapak aliran filsafat Modern. Ia tidak puas dengan filsafat Scholastik karena tak ada metode berpikir yang pasti. Sebab yang berpikir itu tentu ada dan jelas terang benderang. Cogito Ergo Sum saya berpikir, maka jelaslah bahwa saya ada. Adapun menurutnya kebenaran ialah rasio. hanya rasio sajalah yang akan membawa kepada kebenaran[22].
            Penganut Rasionalisme yang lain adalah Blaise Pascal, Nicole Malehranche, Spinoza dan Leibniz.
            2. Empiris
            Bertentangan dengan Rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Adapun pengikut aliran Empirisme adalah: John Locke, David Hume, George Berkeley[23].
            3. Kriticisme
            Immanuel Kant berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian antara aliran Rasionalisme dan Empirisme, dengan filsafatnya ia menamakan Kriticisme (aliran yang kritis). Menurut Kant, pengenalan Inderawi selalu sudah ada bentuk apriori yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subyek sendiri, tetapi realitas tidak pernah dikenalinya[24].
Analisis
            Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan cara melakukan eksperimen-eksperimen atau melakukan percobaan-percobaan, namun dengan cara mencari solusi untuk memberikan argumen yang bisa menanggulangi sebuah permasalahan.
            Banyak keterangan dalam buku yang mengatakan bahwa filsafat lahir di Yunani pada abd ke-6 SM. Sejumlah tokoh yang muncul dengan teknik baru cara berfikir. Sementara dibelahan bumi lain juga ada terobosan yang sama, namun kesimpulan tetap mengarah pada Yunani sebagai tempat lahirnya filsafat pertama kali dengan modus “more rational than empirical”.  Banyak orang-orang bertanya-tanya kenapa lahir disana (Yunani), sehingga ada tiga rumusan awal lahirnya. Pertama, Faktor Budaya, Kedua, Faktor Politik, Ketiga, Faktor Sastra.
            Dalam tradisi filsafat barat mempunyai tema-tema dalam pembidangannya :
a.       Metafisika
b.      Epistemologi
c.       Aksiologi
d.      Etika
e.       Estetika
Corak pemikiran para filsuf dari zaman kuno, klasik dan modern sangat berbeda. Kalau Corak filsafat Barat Kuno lebih pada alam. Tidak heran jika Thales, Anaximandros, Anaximenes dll, pola pemikirannya lebih mengarah kepada alam, dari apa alam ini tercipta. Filsafat Klasik, Socrates, Plato, Aristoteles, mereka bertiga mengajarkan tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif. Menurut kaum ini manusia merupakan ukuran bagi segenap kebenaran yang ada. Akibat dai ajaran ini, maka ukuran kebenaran menjadi relatif dan subyektif.
Sedangkan pandangan atau pemikiran filsafat modern sudah mengarah pada pemikiran yang berbeda, ada yang berfikir bahwa kebenaran dapat diperoleh dengan pengalaman atau melalui inderawi, ada pula yang mengatakan dengan melalui akal semata, sehingga ada pemikiran kritis yang ingin memadukan antara keduanya.
Sehingga pada masa modern ini terjadi yang namanya aliran-aliran dalam filsafat. Pertama, Aliran Rasionalis tokohnya adalah Rene Descartes dll. Kedua, Aliran Empiris, dengan tokohnya Francis Bacon. Dan muncullah aliran baru yang dikenal dengan aliran Kriticisme yang ingin memadukan kedua aliran itu Rasionalis dan Empiris yang ditokohi oleh Immanuel Kant.
Kesimpulan
Banyak filsuf bahkan para ilmuan yang mengartikan filsafat, alangkah baiknya jika langsung menuju ke obyek material dan formalnya. Dalam segi materialnya, atau yang menjadi permasalahan besar filsafat ialah hakikat Tuhan, Manusia dan Alam. Dalam segi formalnya filsafat ialah usaha untuk mencari keterangan secara radikan tentang objek material filsafat.
Filsafat lahir di Yunani, walaupun waktu itu sudah ada penerobosan juga tentang cara berfikir, namun kesimpulannya tetap mengarah pada Yunani. Sehingga ada filsuf Yunani yang disebut dengan bapak filsafat yaitu Thales yang mempunyai murid Anaximandros yang akhirnya juga mempunyai murid Anaximenes, yang ketiga filsuf ini saling berbeda corak pemikirannya.
            Pemikiran para filsuf Barat Kuno adalah mengenai alam, dengan apa ia tercipta. Barulah filsuf Barat Kuno memberikan jawaban lewat pengalamannya. Thales berpendapat semuanya satu yaitu air. Anaximandros berpendapat bahwa dasar alam adalah apeiron. Anaximenes juga berpendapat semuanya satu, juga berbeda pandangan menurutnya adalah udara. Dan juga ada filsuf-filsuf Barat Kuno setelahnya seperti Pythagoras, Heraclitos, Parmenides.
            Filsuf zaman klasik ada tiga yang terkenal yaitu Socrates yang mempunyai murid Plato dan akhirnya Plato mempunyai murid juga yaitu Aristoteles. Pada zaman inilah yang disebut dengan zaman keemasan. Disebut zaman keemasan karena filsafatnya mampu mengusai sistem pemikiran alam barat kira-kira selama dua ribu tahun.
            Filsafat modern muncul setelah abad pertengahan, namun pada abad pertengan ini tidak dikeahui kapan berakhirnya. Dalam filsafat modern terjadi yang namanya aliran-aliran dalam filsafat, sehingga pada pokoknya ada tiga aliran waktu itu, yaitu:
1.      Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650).
2.      Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292).
3.      Aliian Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804).
Daftar Pustaka:
Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Atang Abdul Hakim. Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Wahyu Murtiningsih. 2012. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Jogjakarta: IRCiSoD.
Harry Hamersma. 2008. Pintu Masuk Ke-Dunia Filsafat. Yogyakarta. Kanisius.
A. Hanafi. 1981. Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Ahmad Syadali. Mudzakkir. 1997. Filsafat Umum. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Ali Maksum. 2011. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.


[1] Harry Hamersma. 2008. Pintu Masuk Ke-Dunia Filsafat. Yogyakarta. Kanisius. Hlm.36
[2] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Hlm. 17
[3] A. Hanafi. 1981. Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Hlm. 11
[4] Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualanga Intelektual. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI). Hlm. 21
[5] Ibid,.. 40-41
[6] Ibid.. hlm. 43
[7] Ibid ... hlm. 43
[8] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Hlm. 22
[9] Ahmad Syadali. Mudzakkir. Filsafat Umum. Hlm.45
[10] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Hlm. 23-24
[11] Ahmad Syadali. Mudzakkir. Filsafat Umum. Hlm. 48
[12] Ibdi,,,.. 49
[13] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Hlm. 33-34
[14] Ibid,..  34
[15] Ahmad Syadali. Mudzakkir. Filsafat Umum. Hlm. 66
[16] Atang Abdul Hakim. Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum. hlm. 179
[17] Ali Maksum. Pengantar Filsafat. hlm.  57
[18] Atang Abdul Hakim. Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum. hlm. 193
[19] Ibid. 193
[20] Ibid. 194
[21] Wahyu Murtiningsih. Para Filsuf dari Plato sampai Ibnu Bajjah. Hlm. 57
[22] Ahmad Syadali. Mudzakkir. Filsafat Umum. hlm. 102
[23] Ibid. 103
[24] Ibid. 103-104

Tidak ada komentar:

Posting Komentar